Ini adalah blog-nya Galih. Tempat curhat dan nuangin segala kreativitas yang terbentuk. Mau curhat di sini juga boleh.

Monday, July 13, 2009

Rayakan 250 Tahun dalam Kebersamaan

Sebuah atap gedung akan menjadi tempat berlangsungnya perayaan itu. Hiasan lampu warna-warni yang menggantung memberikan cahayanya karena kami tak ingin malam itu hanya bulan yang menyinari kami, semua harus gemerlap. Tak lupa boks DJ yang kami tempatkan di tengah-tengah.

Kala haus menyergap, telah kami siapkan bertong-tong Guinness sebagai pelepas dahaga. Yang beda hanya keberadaan beberapa nasi tumpeng, yang sengaja disediakan untuk mereka yang kelaparan di tengah malam. Nasi tumpeng adalah wajib hukumnya di Indonesia. Syukuran tak lengkap tanpa nasi tumpeng.

Pesta diawali tepat pada 17.59. Kami semua akan berangkulan dengan satu tangan—karena tangan yang satu menggenggam Guinness—membentuk lingkaran dan memanjatkan terima kasih kepada Sang Pencipta—pencipta Guinness dan Penciptanya pencipta Guinness. Tentu saja tak kami lupakan untuk bersulang mengenang Sir Arthur Guinness dan menyorakkan “For Arthur” usai syukur terpanjatkan.

Selanjutnya kami biarkan goresan DJ meningkahi goyang dan gerak kami dari boksnya di tengah-tengah atap. Bergerak bebas mengikuti ke mana Guinness membawa kami. Pokoknya kami harus merayakannya bersama

Bentuk perayaan ini bisa Anda pilih. Atau… yang ini…

Saya akan mengisi mobil dengan berkerat-kerat kaleng atau berbotol-botol bir hitam Guinness. Tak saya lupakan nasi bungkus sebagai teman minum. Setelah bensin terisi penuh, saya akan lajukan mobil keliling Jakarta. Saya akan merayakan 250 tahun Guinness dengan mereka yang ada di jalanan malam itu, entah itu gelandangan, preman, pengemis, penyapu jalan, hingga petugas kepolisian yang menjaga penghuni Jakarta yang terlelap. Mereka boleh ambil Guinness-nya saja, atau hanya nasi bungkus, atau malah mau Guinness dan nasi bungkus sekalian, terserah. Syaratnya cuma satu: Umur mereka tidak boleh di bawah 17 tahun kalau mau meminum Guinness.

Oh ya, biar enggak dicurigai saya akan mencetak kaus yang akan saya pakai dan spanduk yang akan terikat mengelilingi mobil saya.

Malam yang dingin akan menjadi hangat dengan tutur sapa lembut, tawa canda yang renyah, dan kebersamaan yang mendamaikan, serta sekaleng atau sebotol Guinness di tangan masing-masing.

Semangat berbagi Guinness lewat The Arthur Guinness Fund akan saya bagikan pada malam perayaan itu kepada siapa pun yang akan saya jumpai.

Pokoknya “Arthur’s Day” tidak bias dilewatkan hanya seorang diri di depan komputer. Masih mending kalau sambil minum Guinness. Kalau enggak…, waduh.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home