Lebaran??

Beberapa hari terakhir ini umat Islam di Indonesia seperti terpecah dua. Entahlah, Ramadhan kali ini masih saja belum dapat menyatukan. Sebenarnya yang menjadi permasalahan adalah persoalan menahun yang tak kunjung ada titik temunya, yaitu penetapan kapan 1 Syawal 1427 Hijriah yang tepat.
Pemerintah telah menetapkan 1 Syawal 1427 H itu jatuh pada tanggal 24 Oktober 2006, sama seperti yang tertera di kalender. Sementara itu, beberapa ormas Islam berpendapat lain. Mereka menentukan Idul Fitri adalah tanggal 23 Oktober 2006. Hingga 22 Oktober 2006 pukul 18.30--pada sidang penetapan hisab yang dipimpin Menteri Agama M Maftuh Basyuni--baik pemerintah maupun berbagai ormas Islam itu tetap pada pendapatnya masing-masing karena mereka punya cara dan alasan yang diperkuat argumen di balik keputusan itu.
Mungkin tanpa mereka sadari banyak orang yang diselimuti kegelisahan dan kebingungan.

Mereka bingung apakah masih bertarawih malam ini? Apakah esok masih harus berpuasa?
Kapankah harus berlebaran? Pertanyaan ini kemudian berakibat pada kegelisahan para ibu: Kapan harus menyiapkan opor dan rendang yang "nendang" itu? Sementara para pemnudik yang masih berada di jalan juga dilanda kecemasan dan rasa waswas: masak harus shalat Id di jalan dan masih belum berkumpul bersama keluarga?

Nggak perlu jauh-jauh, untuk orang awam seperti saya apa yang harus diperbuat? Pihak mana yang saya ikuti? Mungkin di luar sana masih banyak orang-orang seperti saya yang diselimuti kebingungan.
Terkadang ada pikiran buruk yang melintas di benak saya apabila dihadapkan pada keharusan untuk menetapkan pilihan. Mungkin saja saya akan memilih mengikuti keputusan berbagai ormas itu. Alasannya?? Ya, kan lebih enak Lebarannya jadi lebih cepat. Puasa juga berkurang satu hari. Lho bukannya nggak mungkin apa yang saya kemukakan di atas ini menjadi alasan orang awam memilih Lebaran besok.
Selain itu, ada juga ketakutan apabila masih berpuasa sementara sudah ada yang berlebaran, nantinya puasa kita malah menjadi haram.
Namun, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti pemerintah. Alasan pertama adalah saya tak terafiliasi dengan ormas Islam mana pun. Kedua, lebih baik bagi saya untuk mengikuti pemerintah sebagai pemimpin. Alasan ketiga, yang malah menguatkan, adalah adanya hadis Nabi Muhammad SAW

إِذَا رَأَيْمُوْهُ فَصُوْمُوهُ وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوا لَهُ
"Jika kalian melihatnya maka puasalah kalian dan jika kalian melihatnya maka berbukalah kalian, tapi jika kalian tertutupi awan maka tentukanlah (menjadi 30).” (Shahih, HR. Al-Bukhari no.1900 dan Muslim no. 2501).


Saat ini saya diliputi keraguan dan adalah lebih baik untuk menggenapkannya menjadi 30.
Dan setelah saya berselancar di ranah maya ada sebuah blog yang menjelaskan hisab rukyat, simak aja http://ech.blogspot.com/2006/09/hisab-ramadhan-syawal-1427h.html.

Selain itu, ada pula penjelasan NU tentang hisab. Lihat aja di http://www.nu.or.id/v2/detail.asp?what=ubudiyyah&id=8&lang=id#top

Jadi saya dan keluarga tetap memutuskan untuk berhari Idul Fitri 1427 H pada 24 Oktober 2006.
Untuk Anda yang masih gelisah, tak perlu bingung. Lekas tetapkan pilihan. Kalaupun ternyata pada akhirnya pilihan Anda salah, tak perlu takut. Karena Anda hanyalah pengikut, yang patut dipersalahkan adalah yang membuat keputusan besarnya.

Jadi, apa pun pilihan Anda, izinkan kami, Galih Smarapradhipa dan Prahastuti Ardhiani beserta keluarga, menyampaikan

"Selamat Idul Fitri 1427 H"
Minal aidin wal faidzin
Mohon maaf lahir dan bathin
Semoga masa datang akan lebih baik setelah kita ditempa Ramadhan, amien.